Minggu, 20 Februari 2011

Antrian Liang Lahad

Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya [QS. 3:145[.

Sesungguhnya sejak engkau bangun dari t idurmu ketika itulah waktu mulainya masuk dalam kisaran waktu untuk menunggu maut, tepatnya menjemput kematian. Allah melepaskan kita dari maut pada malam hari dan diberi lagi kesempatan untuk meraih amal sebanyak-banyaknya untuk meratakan jalan menuju liang lahad. Itulah pekerjaan kita setiap harinya yang utama disamping menyempatkan mencari rezeki untuk kebutuhan dalam mengarungi perjalanan ini.

Sampai saat ini antrian diberikan kepada orang lain sementara kita masih dibarisan yang kesekian, mungkin persis di belakang keranda yang terakhir lewat atau boleh jadi setelah kita terbungkuk-bungkuk meniti setiap langkah yang meletihkan. Pilihannya bukan pada diri kita, tetapi kita semuanya telah diberi waktu untuk mengisi pilihan-pilihan yang kita anggap yang terbaik. Kematian bukanlah hal yang utama, tetapi investasi waktu yang ada apakah telah diisi dengan perbekalan yang terbaik atau tidak.

.. dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), [QS.59:18]

Setiap hari kita melihat antrian kematian di sekeliling kita; sahabat, tetangga, pejabat, penjahat, ulama dan tentu saja semua profesi yang ada. Ketika antrian itu lewat dihadapan kita, dalam hati kita berucap mungkin giliran saya sudah dekat. Tetapi ketika lewat dan menjauh kita merasa akan hidup sampai kakek nenek, sehingga persiapan saat ini belum menjadi prioritas, nanti setelah tua baru persiapan dilakukan. Padahal ..

Tidak ada suatu umat pun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak (pula) dapat mengundurkan (nya). [QS. 15:5]

Saudaraku, kematian itu adalah suatu kepastian. Semua orang juga tahu, tetapi tidak semua orang tahu persiapan untuk menghadapinya, dan lebih sedikit lagi yang bisa melakukan persiapan dengan baik. Ada orang yang tidak peduli dan menganggap bahwa setelah kematian semuanya sudah berakhir. Ada orang yang tidak peduli, ah nantilah itu dipikirkan, serunya. Tiba masa tiba akal, katanya. Kondisi di dunia dijadikan dasar pola pikirnya. Segala sesuatu dapat diperbaiki.

Apabila kita mencintai diri kita, maka tugas kita adalah meyakinkan diri dalam pola pikir dan perbuatan, bahwa; maut, kematian, akhirat ada di depan hidung kita yang segera menyergap kita. Jangan menggunakan lagi logika waktu agar tidak terjebak lagi dengan pertanyaan kapan? Kalau kita bisa melompat ke masa kanak-kanak melihat hal-hal yang menyenangkan, harusnya juga bisa melompat ke masa setelah kematian dan melihat kengerian apa yang ada pada masa itu dan akhirnya merasakan jerih payah yang telah kita kerjakan selama ini.

Ketika tidak ada lagi yang dapat membantu kemana harapan hendak digantungkan, ketika semua orang memikirkan dirinya sendiri, tahulah kita semua yang dipersiapkan tidak ada artinya, karena semua telah dihabiskan untuk diri sendiri dan egonya ketika di dunia.

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri [QS. 17:7]

http://www.buntubatu.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar